Monthly Archives: April 2014

Coblosan Kemarin dan Kita

5-kekerasan-yang-terjadi-di-tps-saat-pencoblosan

Seperti kita ketahui bersama bahwa tanggal 9 kemarin, kita telah melewati apa yang namanya Pemilihan Umum (Pemilu), dan Pemilu kemarin yang sama-sama kita lalui adalah Pemilu jilid 1, dari 3 jilid (maksimal) yang bisa saja kita alami. Kenapa sampe 3 jilid? Yup, dalam sistem negara kita, Pemilu yang diselenggarakan 5 tahun sekali ini terbagi menjadi (maksimal) 3 jilid: Pertama, Pemilu Legislatif (biasa disingkat Pileg), Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (sebut saja Pilpres) dan yang terakhir, Pilpres Putaran Kedua, jika diperlukan.

Dan sepertinya sudah ga perlu dijelaskan lagi kalau Pileg yang kemarin ditandai dengan tinta biru di kelingking kita masing-masing, adalah untuk memilih Anggota Legislatif yang akan duduk di Gedung DPR/MPR Senayan nanti, selama 5 tahun ke depan. Artinya, kita telah memilih wakil-wakil kita yang pada hakikatnya akan memperjuangkan kebutuhan kita sebagai rakyat, menyambung lidah dan pendapat kita, kritik serta saran, atau aspirasi untuk kemajuan hidup kita berbangsa yang baik dan benar. Hakikatnya lho, ya. Oh, kebijakan publik yang menyangkut hajat hidup kita juga mereka yang akan memperjuangkan. Pokoknya mereka itu bakal jadi orang-orang penting deh. Dan dengan sistem multi partai yang dianut di Indonesia, hal seperti ini adalah suatu keniscayaan. Suka atau tidak suka, kita diharuskan memilih wakil-wakil rakyat yang berasal dari partai politik (parpol). Karena orang-orang dari parpol lah yang akan duduk di kursi parlemen nanti. Hal ini akan kita diskusikan kemudian, hehe.

Singkatnya, kemarin kita memilih orang-orang yang berasal dari parpol. Saya juga paham dan mengerti banget kok, beberapa dari kita itu sudah antipati dengan yang namanya parpol beserta orang-orang di dalamnya. Hal itu lumrah dan ga bisa disalahkan, karena pada kenyataannya parpol sendiri yang membuat nama mereka di mata rakyat jelek. Adanya kasus-kasus korupsi, perebutan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara dan lainnya, membuat orang-orang malas untuk memilih calon anggota dewan. Belum lagi kalo mereka yang sudah duduk empuk di Senayan nanti tingkah polahnya bikin rakyat meringis malesin, misalkan dengan (lagi-lagi) korupsi, mark up uang anggaran, berantem kayak anak TK (kalo minjem istilahnya almarhum Gus Dur), atau yang sederhana tapi bikin kesel adalah, jalan-jalan ke luar negeri dengan dalih studi banding. Ah, sama suka bolos rapat tapi terima duit! Apalagi? Pas rapat malah tidur, atau malah nonton video bokep.

214416_620

Oke, tapi kembali lagi, kita harus memilih. Mungkin banyak dari kalian yang kemarin ga milih alias golput. Well, saya sih lagi-lagi ga bisa menyalahkan, karena apabila saya mendengar alasan teman-teman saya, semua masuk akal dan bisa dipahami kok. Karena tidak punya pilihan, itu alasan paling logis. Karena ga kenal siapa calon-calonnya dan bagaimana track recordnya, masuk akal banget. Dan sekali lagi saya atau siapapun tidak bisa memaksa karena hal itu merupakan hak azasi masing-masing. Tapi bagi mereka yang kemarin telah sukses dalam menentukan pilihan dan (akhirnya) memilih, bukan merusak kertas suara lho ya, hehe, saya ucapkan selamat karena anda telah turut menyukseskan pesta demokrasi.

Apapun yang kita pilih, mudah-mudahan itu yang terbaik bagi bangsa ini. Kalau alasannya tidak tahu mana calon yang baik, saya kira sekarang banyak link-link yang memberikan informasi mengenai siapa-siapa saja calon yang baik, bersih dan berintegritas. Apalagi di tengah gemerlap dunia sosmed dewasa ini, membuat informasi seperti itu cepat menyebar. Kalau alasannya semua calon sama saja? Well itu saya ga bisa intervensi lebih jauh lagi, semua kembali ke hati nurani kalian semua.

Bagaimana kalo alasannya tidak ada pilihan? Nah ini menarik. Ini yang semacam dinamakan golput karena pilihan. Ah, nanti kapan-kapan kita diskusikan yuk apa itu golput karena pilihan, hehe. Bagi saya, tidak ada pilihan sebenarnya menjadi problematika diri saya menjelang pencoblosan kemarin. Terus terang saya ketika Pileg kemarin tidak punya pilihan, karena kalaupun ternyata saya punya pilihan, itu berada di Daerah Pemilihan (Dapil) lain. Namun pada akhirnya saya memilih juga, dan saya memilih untuk tidak mencoblos individu atau nama orangnya (alasannya ya saya ga kenal orang tersebut) namun saya mencoblos parpol, hehe.

parpol-di-hsu-tolak-pencoblosan-ulang-rev-1

Saat ini, Komisi Pemilihan Umum sedang menggelar gawean akhir yaitu penghitungan suara skala nasional, dan pengumuman siapa-siapa saja yang akan duduk di Senayan nanti atau di kursi daerah akan ditetapkan pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan. Publik pun menanti-nanti, apakah pilihan mereka kemarin berhasil lolos atau tidak. Dan para calon tentunya juga dag dig dug merencanakan langkah selanjutnya. Apakah menggelar syukuran atau malah pergi ke rumah sakit terdekat, hehe.

Namun yang mau saya garis bawahi disini adalah, implikasinya bagi kita. Kini kita sudah selayaknya kita yang telah dewasa dan paham akan konsekuensi pilihan kita mengawasi mereka yang duduk disana, apakah nanti tetap pada jalurnya. Sesuai atau tidak dengan amanat yang diberikan atau malah nyeleneh. Mari kita jadikan Pemilu kali ini bukan hanya rutinitas 5 tahunan belaka, seremonial hura-hura dan menghamburkan uang negara, namun bagaimana esensinya semakin banyak negara ini menggelar pemilu, semakin baik pula kualitas pemimpin dan wakil rakyat yang dihasilkan. Terdengar naif dan normatif memang, tapi apa lagi hal terbaik yang seharusnya kita lakukan?

Satu lagi, suara kalian teman-teman masih kita harapkan untuk diberikan pada saatnya nanti, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang sedianya dilakukan pada bulan Juli. Kini, para Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden sedang sibuk melakukan komunikasi politik dan manuver-manuver yang sering kita dengar dengan bahasa “koalisi”. Pada akhirnya, bila telah seia sekata dan sejalan mereka akan mendaftar secara resmi di Komisi Pemilihan Umum dan gambarnya akan dicetak di surat suara untuk kita coblos kembali.

Selamat berdemokrasi semua.

Tagged , , , , , ,

Mari Menulis Bola.

Image

Tahun ini adalah tahun sepakbola, tak bisa dipungkiri lagi. 2014 adalah yang paling utama, tahun Piala Dunia. Dan layaknya anak-anak penggila bola lainnya, Piala Dunia adalah hajat terbesar yang selalu punya arti bagi saya terutama. Kami berpesta di Piala Dunia, dan kami bersedih apabila peluit panjang telah dibunyikan wasit di akhir partai final, bahwa gelaran sepakbola terakbar harus kita nantikan 4 tahun lamanya lagi. Okelah, mungkin agak berlebihan. Tapi ghiroh sepakbola saya selalu meningkat apalagi di H minus kurang dari 2 bulan ini.

Untuk menyambut pesta tersebut, dan pula menambah kuantitas isi blog saya, saya akan mencoba bermain 30 Days of Football yang temanya saya temukan di google images. Telah banyak 30 Days of (atau saya dan teman-teman biasa menyebutnya meme), baik itu film, musik, dan tema-tema foto perhari, namun kali ini giliran sepakbola. Oke, temanya ada pada gambar diatas, dan sekali lagi, marilah kita menulis sepakbola!

Tagged , ,