Euforia, atau..?? Semoga tidak.

20131010-223927.jpg Ketika saya menulis ini, di tv sedang ada pertandingan Pra Piala Asia U-19, antara Indonesia melawan Filipina. Saat ini, heboh timnas U-19 sedang mewabah. Masyarakat dibuat terbuai oleh keberhasilan mereka menjuarai AFF Cup U-19. Ketika berhasil mengalahkan Vietnam lewat adu penalti beberapa minggu lalu, publik sepakbola Indonesia bagai diguyur hujan deras setelah dilanda musim kemarau berkepanjangan. Atau seperti buka puasa dengan es kelapa muda, trus makan gorengan, kemudian disusul nasi padang, abis itu lanjut sop buah dan terakhir ditutup puding cokelat.. Setelah sebelumnya berpuasa di tengah teriknya udara di gurun pasir Dakkar (lebay). Intinya, sepakbola Indonesia telah berbuka setelah 22 tahun lamanya berpuasa.

Tahun 1991, Indonesia juara. Tunggu, tahun segitu saya masih kelas 2 SD.

Okelah, meskipun yang juara itu tingkat junior, karena di tingkat seniornya masih melempem dan lembek kayak biskuit basah dimasukin ke kopi, namun patut kita apresiasi, karena mereka para tunas-tunas persepakbolaan bangsa, menunjukkan permainan memikat dengan teknik yang bagus dan luar biasa. Ini aja bisa kita lihat nih pas lawan Filipina ini (skor masih 1-0 untuk timnas), permainan Garuda Muda eksplosif dengan umpan satu-dua dan penetrasi ke kotak penalti yang membuat pemain-pemain Filipina kewalahan. Belum lagi tendangan anak-anak asuhan Indra Sjafrie ini yang keras-keras sekali. Gol pun lahir dari tendangan bebas cukup jauh. Pokoknya secara teknik, anak-anak muda ini ga kalah deh sama timnas negara lain yang selangkah lebih maju dari negara kita.

Tentunya masih terlalu dini bila hal ini dibilang sebagai kebangkitan sepakbola Indonesia, atau awal mula dari rangkaian prestasi timnas. Oke, kita berharap hal itu terjadi. Namun, masih perlu dibuktikan. Ingat, kita terlalu lama dan terlalu sering dibuai euforia.

Ah, sudah banyak contoh euforia-euforia dalam dunia sepakbola kita. Yang namanya euforia, ujung-ujungnya dekat dengan kekecewaan. Contoh yang masih lekat di ingatan saya ya pas itu, Piala AFF tahun 2011 kalo ga salah.. Ketika kita begitu digdaya namun akhirnya gagal juara karena “cuma” kalah sekali di final lawan Malaysia.

Ya sudah, itu sudah berlalu. Dan ga ada gunanya menengok ke belakang. Toh kini timnas muda sedang menjanjikan permainan gemilang yang pastinya akan mengharumkan nama bangsa. Ga perlu ngimpi jauh-jauh banget ke tingkat dunia. Bisa berbicara banyak di Asia saja, sudah menjadi kemajuan signifikan bagi PSSI.

Yang terpenting, bagaimana cara agar pemain-pemain muda ini tidak keok dan mengkeret di masa depan mereka, seperti layaknya timnas senior. No offense, tapi timnas senior memang mengkeret dan masih belum menggembirakan. Pemain-pemain naturalisasi pun seperti datang dan pergi, tanpa ada yang benar-benar berarti bagi kemajuan timnas. Jujur saja, pemain naturalisasi yang menurut saya membawa dampak cukup besar bagi timnas hanyalah Cristian Gonzalez. Itu juga sesaat karena El Loco sudah dimakan usia ketika paspornya telah berganti kebangsaan. Mungkin Diego Michiels bisa mengikuti jejaknya, kalo saja ia ga berantem gebuk-gebukan pas dugem terus ditangkep polisi. Atau sekarang mungkin Raphael Maitimo.

20131010-224216.jpg Sisanya? Sori-sori aja jek, ga ngaruh. Ah, mungkin Irfan Bachdim bisa masuk list.. Tapi sekarang juga mainnya ga jelas rimbanya.

Lupakan sesaat timnas senior, mari konsen dan doakan timnas junior ini yang banyak. Mudah-mudahan mereka ga sampe keracunan atmosfir sepakbola Indonesia yang lebih banyak konfliknya dibanding suksesnya. Lebih rame kerusuhannya dibanding kisah manisnya. Apalagi kalo udah bawa-bawa konflik dualisme PSSI. HIIHH!!

Saya menyarankan agar pemain-pemain timnas junior ini dikarantina aja. Atau dijadikan satu klub khusus yang mengikuti liga dalam negeri. Masih ingat wacana Primavera jaman dulu yang berencana mau dijadikan tim untuk ikut Liga Indonesia? Nah hal tersebut bisa direalisasikan meskipun untung ruginya perlu dihitung kembali. Tapi hal itu penting karena kalo udah di klub, pasti aneh-aneh aja yang ada.. Well banyak lah macamnya. Tapi tentunya kita ga mengharapkan itu bukan? Kita ngarep malah kalo bisa Garuda Muda personilnya pada dicomot satu-satu sama tim luar negeri. Aamiin.

Tapi itulah, sebegitu buruknya sepakbola kita, kita harus tetap dukung. Sebegitu bencinya kita sama tampang Menpora kita, kita tetep harus menepuk dengan gagah berani logo Garuda di dada sebelah kiri. Yang penting jangan euforia!

Gimana sih caranya ga euforia? Ya kalo nonton dan menang biasa aja. Lagian ini baru babak awal kan? Artinya gini lho, jangan anggap ini kemenangan luar biasa banget sampe kita jadi jumawa. Cukup bilang: ah ini biasa kok, masih harus banyak meningkatkan permainan. Atau sebut saja alhamdulillah *kemudian pasang peci*

Senang boleh, tapi jangan euforia. Tetap dukung timnas agar permainan mereka menanjak naik dan berkembang sepakbolanya. Maju terus Garuda Muda!

Tagged , , ,

22 thoughts on “Euforia, atau..?? Semoga tidak.

  1. jampang says:

    ya mudah2an aja nggak seperti tim senior yang melempem….
    salut sama u-19.

  2. yantist says:

    Ternyata sy lebih muda. Tahun 91 masih kelas 1 SD *salah fokus* 😀

  3. Omnduut says:

    Tahun 91 aku masih TK. << komen apaan ini? haha.

    Sukses terus buat pejuang bangsa Indonesia di bidang olahraga!!!

  4. rintadita says:

    tahun 91 itu saya….. AH SUDAHLAH!
    semoga dedek-dedek ini semakin bagus mainnya dan tidak terkontaminasi politik sepakbola. Ayo semangat, kakak mendukungmu!! 😀

  5. tinsyam says:

    91? itu daku wisudaaaaaa.. iihh kaliyan masih pada esde?
    ga ngikutin sih kemaren, tapi heboh juga di pos satpam.. terus waktu pulang malam, satpam bilang senang indonesia bangkit lagi.. sederhana banget ya bahagia gitu gegara sepakbola..

  6. Erit07 says:

    U19 ini memang krn…

  7. faziazen says:

    hmm menurut saya sih timnas u-19 bagus karena belum “keracunan” lifestyle
    ada beberapa pemain timnas seniotr yang di kick atau tenggelam, karena minum miras, atau kena narkoba

  8. admin says:

    bukan euforia mas… tapi pemberi rasa dahaga mas…. tetap semangat sampe piala duniaaaa

    http://klikharry.wordpress.com/2013/10/13/evan-dimas-dan-akil-mochtar/

Leave a reply to rintadita Cancel reply